Bergaya di Atas Panggung Sandiwara Kehidupan: Dramaturgi Sebagai teori
Oleh karena bahasa teater telah demikian melekatnya didalam sosiologi
darimana studi ini diangkat, maka akan terlihat masalah nilai pada saat kita
mencoba membicarakan masalah panggung. Masalah nilai itu juga kita hadapi oleh
karena itu kita harus menemukan segala jenis kekurangan atau kelemahan.
Kehidupan sebenarnya adalah laksana panggung sandiwara, dan di sana memang kita
pamerkan serta kita sajikan kehidupan kita, dan memang itulah seluruh waktu
yang kita miliki. Akan tetapi seperti apakah wujud panggung tersebut dan
bagaimanakah sosok manusia yang terlihat disana? (Goffman 1974:124)
Di
dalam sosiologi naturalis individu dilihat sebagai aktor yang melakukan
tindakan tindakan yang semata mata sebagai tanggapan langsung terhadap
rangsangan-rangsangan sosial. Isu tentang penafsiran yang diberikan pada
interaksi sosial sering kali dilewatkan begitu saja sesuai dengan model
naturalistis. Teori Goffman seperti halnya teori Homans, menganggap bahwa
individu sebagai satuan analisa. Perbedaan antara teori Goffman dan teori
Homans adalah Goffman tidak menggunakan suatu teori ilmiah seperti yang
dilakukan oleh Homans (Homans menggunakan teori ekonomi dan psikologi
perilaku). Karena alasan inilah Goffman disebut sebagai seorang dramaturgist,
yang menggunakan bahasa dan tamsil panggung teater
The Presentation of Self in
Everyday Life
Goffman lebih tertarik pada
interaksi tatap-muka atau kehadiran
bersama. Di dalam situasi sosial, seluruh kegiatan dari partisipan tertentu
disebut sebagai suatu penampilan (performance),
sedang orang-orang lain yang terlibat di dalam situasi itu disebut sebagai
pengamat atau partisipasi lainnya. Di dalam membahas
pertunjukan itu, Goffman menyaksikan bahwa individu menyajikan suatu pertunjukan (show) bagi orang lain, tetapi kesan si pelaku terhadap pertunjukan ini bisa berbeda-beda. Menurut Goffman, dua bidang penampilan perlu dibedakan: panggung depan (front region) panggung belakang (back stage). Panggung depan adalah “bagian penampilan individu yang secara teratur berfungsi di dalam mode yang umum dan tetap untuk mendefinisikan situasi bagi mereka yan gmenyaksikan penampilan itu” (Goffman 1959:22). Di dalamnya termasuk setting dan personal front, yang selanjutnya dapat dibagi menjadi penampilan (appearance) dan gaya (manner).
pertunjukan itu, Goffman menyaksikan bahwa individu menyajikan suatu pertunjukan (show) bagi orang lain, tetapi kesan si pelaku terhadap pertunjukan ini bisa berbeda-beda. Menurut Goffman, dua bidang penampilan perlu dibedakan: panggung depan (front region) panggung belakang (back stage). Panggung depan adalah “bagian penampilan individu yang secara teratur berfungsi di dalam mode yang umum dan tetap untuk mendefinisikan situasi bagi mereka yan gmenyaksikan penampilan itu” (Goffman 1959:22). Di dalamnya termasuk setting dan personal front, yang selanjutnya dapat dibagi menjadi penampilan (appearance) dan gaya (manner).
Goffman menyatakan bahwa selama
kegiatan rutin seseorang akan mengetengahkan sosok dirinya yang ideal
(sebagaimana yang dituntut oleh status sosialnya). Walaupun individu memiliki
berbagai penampilan rutin, namun dia cenderung bertindak seolah-olah rutin yang
ada sekarang adalah yang terpenting. Sebagai contoh adalah seorang dokter yang
sedang bertugas di rumah sakit, dia mungkin adalah seorang ibu dan istri yang
baik, petenis yang unggul, dan penyair, tetapi , ketika sedang bertugas,
kegiatan rutinnya sebagai dokter mengatasi semua peranan yang lain.
Di samping “panggung depan” ada
juga daerah yang disebut dengan belakang layar. Identifikasi terhadap belakag
layar ini tergantung kepada kondisi para penontonnya. Pada saat istirahat,
kantor pribadi milik seorang dokter adalah sebuah ruangan dimana dia duduk
santai dan bercanda dengan para asistennya.
Salah satu di antara
langkah-langkah protektif yang paling penting ialah kebijaksanaan. Goffman
menulis, “secara sukarela individu menghindari daerah dimana mereka tidak
diundang” (Goffman 1959:229). Kebijaksanaan itu akan memaksa agar para pelaku
menjaga pertunjukan mereka masing-masing. Di dalam buku The presentation of Self, Goffman memperlakukan pertunjukan yang
harus ia mainkan saat itu, tanpa mempertimbangkan arti penting berbagai lembaga
lain bagi pertunjukan tersebut. Dramaturgi memperlakukan “self” sebagai produk yang ditentukan oleh situasi sosialini hampir
sama dengan karakter di panggung yang merupakan produk dari naskah yang
sebelumnya sudah dibuat untuk memperinci berbagai langkah serta kegiatannya. Selama pertunjukan berlangsung tugas utama
aktor ini ialah mengendalikan kesan yang disajikan selama pertunjukan. (Goffman
1959:86) menyatakan bahwa perbedaan pendapat “di antara para anggota team tidak
hanya melumpuhkan kesatuan bertindak, akan tetapi membuat bingung realitas yang
mereka sponsori.
Dengan demikian tim-tim tersebut
melakukan suatu rutin demi kepentingan mereka yang melihatnya. Goffman juga
menyatakan: mengingat kita semua
berpartisipasi di dalam berbagai tim maka kita memiliki kecendrungan sedang
bersengkongkol. Dan oleh karena setiap tim terlibat di dalam upaya untuk
mempertahankan kekukuhan beberapa batasan situasi, yang dilakukan dengan
menyembunyikan atau mengurangi fakta-fakta tertentu, kita dapat memahami
bagaimana secara diam-diam aktor hidup dari karir persengkongkolan.
Seorang
pelaku harus berhasil memainkan suatu karakter. Bila terjadi situasi gawat,
pelaku harus mempunya atribut atribut tertentu untuk melindungi si pelaku di
dalam kesulitan. Goffman mengidentifikasi tiga kategori atribut dan praktek
yang dipakai untuk melindungi si pelaku.
- Langkah bertahan yang diambil oleh si pelaku untuk menjamin kelangsungan pertunjukannya.
- Langkah pencegahan yang diambil oleh penonton dan pihak lain untuk membantu si pelaku menjamin kelangsungan pertunjukannya.
- Langkah-langkah yang harus diambil si pelaku untuk memungkinkan para penonton dan pihak lain untuk mengambil langkah-langkah pencegahan demi kepentingan si pelaku sendiri.
Termasuk di
dalam langkah-langkah bertahan adalah kesetiaan dramaturgis semacam kewajiban
moral untuk mendiamkan pelaksanaan mereka, disiplin dramaturgis (termasuk
berpegang pada bagiannya dan tidak terpengaruh oleh pertunjukannya sendiri),
dan kewaspadaan dramaturgis (penggunaan metode yang tepat untuk menyajikan
pertunjukan itu telah ditentukan sebelumnya). Menurut Goffman, kesetiaan,
disiplin, dan kewaspadaan adalah merupakan tiga atribut penting bagi
keberhasilan tim melaksanakan pertunjukannya
Cara melihat “self” sebagai produk dari suatu sistem tertutup semacam itu dilanjutkan di dalam penelitian empiris Goffman di rumah sakit jiwa. Dramaturgi menjadi kerangka deskriptif di mana Goffman mengetengahkan penemuannya dalam “dunia sosial penghuni rumah sakit”, seperti layaknya dia sendiri mengalami dunia ini secara subyektif.
sumber : Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, 1979
Cara melihat “self” sebagai produk dari suatu sistem tertutup semacam itu dilanjutkan di dalam penelitian empiris Goffman di rumah sakit jiwa. Dramaturgi menjadi kerangka deskriptif di mana Goffman mengetengahkan penemuannya dalam “dunia sosial penghuni rumah sakit”, seperti layaknya dia sendiri mengalami dunia ini secara subyektif.
sumber : Margaret M. Poloma, Sosiologi Kontemporer, 1979
No comments:
Post a Comment