Feminisme Radikal
Teori
feminisme radikal berpusat pada aspek biologis. Mereka berpendapat bahwa
ketidakadilan gender disebabkan dari perbedaan biologis antara pria dan wanita
itu sendiri. Maksudnya adalah perempuan merasa diekploitasi oleh kaum laki-laki
dalam hal-hal biologis yang dimiliki perempuan, misalnya adalah peran kehamilan
dan keibuan yang selalu diperankan oleh perempuan. Oleh sebab itu kaum
feminisme radikal sering menyerang institusi-institusi keluarga dan sistem
partiarki yang mereka anggap adalah sumber penindasan. Mereka menganggap
institusi-institusi tersebut adalah institusi yang melahirkan sistem dominasi
pria sehingga wanita ditindas. “Patriarki tidak hanya secara historis menjadi struktur
dominasi dan ketundukan, namun ia pun terus menjadi sistem ketimpangan yang
paling kuat dan tahan lama, yang menjadi model dasar dominasi di tengah-tengah
masyarakat” (Ritzer and Goodman, 2013:506)
Anggota feminisme radikal sangat menghindari institusi perkawinan tersebut. Mereka mempunyai tujuan yang harus dicapai adalah mengakhiri tirani keluarga biologis. Apabila lembaga perkawinan tidak dapat dihindari maka mereka membuat teknologi untuk mengurangi penindasan terhadap perempuan yaitu dengan membuat kontrasepsi dan teknologi bayi tabung. Dengan menggunakan bayi tabung perempuan tidak harus mengalami kehamilan yang seperti biasa dan bisa menjalankan aktivitas seperti biasa. Feminisme radikal cenderung membenci pria. Bahkan mereka menganggap perempuan bisa hidup mandiri tanpa kehadiran kaum pria.
Feminisme radikal mencari cara untuk dapat mengalahkan sistem patriarki ini. Mereka berkeyakinan bahwa
dengan mengetahui kelemahan perempuan dan mengatasi itu, maka sistem patriarki itu dapat dikalahkan. Salah satu cara kaum feminisme radikal adalah menjalin cinta lesbian. “Feminisme Lesbian sebagai aliran utama dalam feminisme radikal adalah praktik dan keyakinan bahwa komitmen erotis dan/atau emosional terhadap perempuan adalah bagian dari perlawanan terhadap dominasi patriarkal” (Ritzer and Goodman, 2013:508). Hubungan seks antara pria dan wanita dianggap sebagai penindasan kepada wanita. Hubungan itu pasti akan menimbulkan perbedaan peran dan kelas-kelas dalam masyarakat. Kaum feminis radikal menganggap kehidupan lesbian dapat menjadi model dalam kehidupan yang adil dan setara. Selain menyerukan kehidupan lesbian, kaum feminisme juga menyerukan tentang kehidupan melajang dan menjanda.
Feminisme ini pun menyebar sampai ke Indonesia. Contoh pergerakan kaum feminisme ini adalah dengan menggunakan media-media elektronik maupun cetak untuk menyebarkan propaganda-propaganda tentang feminisme. Di Indonesia sekarang banyak bermunculan majalah-majalah untuk kaum wanita.
Feminisme
radikal banyak dikritik karena dianggap terlalu ekstrim. Dikatakan bahwa teori
feminisme radikal terlalu tertumpu pada orientasi biologis dan lupa bahwa ada
pengaruh kultur dalam pembentukan konsep gender. hal ini tentunya tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada karena keberadaan makhluk pria tetap diperlukan dalam
segala aspek kehidupan untuk menghidupkan keseimbangan sosial. Selain itu
fenomena-fenomena alam yang terjadi selalu menunjukan bahwa adanya keseimbangan
antara maskulin dan feminis. Selain itu teori ini tidak sesuai dengan kenyataan,
faktanya masih banyak wanita yang jatuh cinta kepada pria dan lembaga
perkawinan sudah ada sejak manusia diciptakan sehingga mustahil untuk
menerapkan teori ini yang bertujuan untuk menghilangkan institusi keluarga.
Para wanita lesbian dianggap sebagai kaum minoritas di tengah-tengah
masyarakat.
Para Feminis...terutama feminis radikal..mereka hanya para wanita yang sakit jiwa..
ReplyDeletePara Feminis...terutama feminis radikal..mereka hanya para wanita yang sakit jiwa..
ReplyDeleteMungkin cuplikan ini menarik: Karen Straughan, anti feminis yang menyatakan orasinya dengan tema ‘Murid-murid laki-laki dalam bahaya’ (Male Student in Peril)’ per 1 november 2014 pada Kennesaw State University bahwa dalam sepak terjangnya feminisme selalu menggambarkan bahwa patriarki adalah sistem yang buruk, mendukung tindak kekerasan terhadap perempuan dan harus disingkirkan. Diungkapkannya lagi bahwa didapati ada orang-orang yang mendukung feminisme dan menyatakan diri sebagai feminis dengan proporsi 25% populasi dunia, tetapi didapati populasi 90% mendukung ‘equality’, terdapat kondisi tumpang tindih dalam kasus ini dan bukan tidak mungkin banyak yang menyatakan diri anti feminis. Karen berpendapat bahwa feminisme tidak sepopuler kelihatannya, banyak yang sebenarnya menyatakan tidak dan diam tidak bergeming sewaktu dihadapkan dengan aksi-aksi feminis. Sumber buku: Awaken The Giant - Bangkitnya Revolusi Sosial Dunia. Sulianta, Feri. 2016.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeletePara feminis yang mengutuk patriarki, harus baca ini: http://berita.ferisulianta.com/2018/12/fakta-memperlihatkan-patriarki-adalah.html
ReplyDelete